RSS

Arsip Tag: renungan

Life begin at 40 !… masa si?

Banyak orang menyakini jika usia 40 tahun adalah fase titik balik keberhasilan seseorang…. ehmm… ini tentu ide orang seberang sana.. yang jelas tolok ukur mereka melihat dan memakai indikator sisi materialistis .

Indikasi pencapaian kebahagian dan keberhasilan biasa dilihat dari pendapatan yang sudah mencukupi, jabatan sudah dicapai , keluarga yang lengkap dan hepi. Trus bagaimana dengan seseorang yang dianggap belum sukses secara material yang menyangkut karier, harta benda atau jodoh yang dimiliki?? Mereka dianggap gagal? Akan susah sepanjang waktu…. ? kayaknya jadi gak logis ya analisanya ya…?

Pemahaman Life begin at 40 juga terkadang menimbulkan seseorang menjadi terobsesi dengan ” kekuatan semu”, sehingga menghancurkan hubungan dengan pasangan..ho ho.. Puber maksudnya// hehe

Jadi ..?

Yang pasti ini bukan kebetulan, ketika timbul pertanyaan mengapa usia 40 tahun dianggap sebagai patokan perubahan fase.

Pagi tadi mendengarkan kultum dari seorang sahabat…

Kebetulan menyoal tentang usia 40 tahun. Byuh byuh…. Bukankah tahun ini aku bakal memasuki usia ini??

Materi yang disampaikan jelas sangat mengena.Karena sejak bulan lalu situasiku bener-bener sedang di uji ketika peranan sebagai ” orangtua yang masih memiliki orang tua” menjadi topik utama :p

… ehmm peranan yang ternyata tidak mudah… hingga memaksaku menguras tenaga dan fikiran untuk menjadi sosok yang dewasa dan bijak .

Kendala interaksi verbal yaitu berbeda pendapat atau berbeda cara penyampaian dan penyerapan suatu masalah terkadang membuat kita harus pandai memilah kata agar tidak menyakiti pihak orangtua…

Subhanallah.. hal ini sempat membuatku terhenyak… woow… perbedaan orientasi, cara pandang dan latar belakang dalam memandang suatu topik menjadikan suatu hal sangat sulit diurai… . ya begitulah…. 😦

Fuihh.. faktor usia yang semakin bertambah terkadang membuat seseorang mudah teraduk aduk emosi dan kembali seperti anak kecil…. dan semestinya pihak yang lebih muda bisa dengan berbesar hati menjadikannya sebagai ladang amal… someday..kita akan menjadi seperti mereka bukan??

Semoga selalu saling bisa menjaga suasana ya… bagaimana yang tidak?? Duh duh….

Jadi inget ni dengan beberapa cerita teman;

Ada yang kesulitan mengatur berbagi waktu dan perhatian antara keluarga dan orangtua yang berjauhan tinggalnya;

Dilema ketika harus mengiyakan,saat mendengar berita sang bapak memiliki keinginan menikah lagi tetapi calonnya tidak sreg dihati anak-anaknya karena alasan tertentu;

Bagaimana sulitnya memberi masukan yang berkaitan dengan urusan kesehatan, orangtua maunya abcd sedangkan si anak maunya efgh…. fuihh !!

Belum lagi banyak cerita bagaimana menghadapi orangtua yang terasa sulit mengendalikan hawa nafsunya dalam banyak hal karena memang diyakini diusia tertentu akan kembali seperti bayi lagi 😦

Duh … bagaimana ya agar kita bisa bersikap yang seharusnya , selayaknya dan sesuai ? Berpikir positif, dewasa dan bijaksana… ! ideal sekali euyy !

Jadi mengerti mengapa Allah menurunkan ayat ini ;

Surat Al Ahqaf [46] ayat 15 Allah berfirman:

”Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,

sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah kau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat beramal shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”

Mengapa usia 40 tahun?

Tentu kita ingat bukan, bahwa Rosulullah SAW dan kebanyakan nabi lainnya diangkat menjadi rosul memang tepat diusia 40 tahun? Sunatullah ini rasanya cukup mewakili dan menjawab rasa penasaran.

Dan harus diakui bahwa pada usia 40 tahun seseorang sedang mengalami perubahan alami secara fisik, emosi dan spiritual. Ada satu penelitian menyebutkan pada usia 40 tahun adalah awal seseorang mengalami penurunan secara alami pada kelalaian, daya ingat , konsentrasi dan fokus walau tidak berpengaruh terhadap kepandaian yang dimiliki.

Balik lagi ayat tadi,

Disana jelas sekali membantah tentang pemahaman” life begin at 40” yang terfokus pada hitungan material .

Usia 40 tahun menjadi momentum kita untuk melihat ayat ini sebagai ” peringatan “ Allah SWT agar kita menyikapi segala perubahan dengan tidak lagi terfokus memikirkan masalah duniawi saja.

Allah mengajak kita untuk menyikapi perubahan diri dengan melakukan pembenahan dan perubahan agar kecenderungan negatif yang ada pada diri hilang.

Perubahan adalah pilihan bukan?

Fokus pada membalas kasihsayang dan kebaikan orang tua selain sebagai kewajiban , Allah juga menguji kesiapan mental kita karena kelak kita akan berada diposisi yang sama dengan mereka. Sehingga bisa mengambil banyak pelajaran disana.

Jalan keluarnya adalah :

”Dalam ayat tersebut setidaknya terdapat empat indikator kemuliaan manusia yang seharusnya menjadi identitas orang yang mencapai umur 40 tahun yaitu bersyukur, beramal shalih, bertaubat, dan berserah diri.

Bersyukur karena Allah telah memberi karunia umur hingga mencapai angka 40 dengan segala berkah dan rahmatNya.

Beramal shaleh untuk memiliki bekal kelak di hari akhir.

Bertobat disertai kesadaran bahwa manusia mempunyai kalbu yang berbolak-balik antara tarikan kebaikan dan keburukan.

Imam Al Gazali :”Sesiapa yang mencapai umur 40 tahun dan dosanya lebih berat dari amal baiknya maka bersiaplah memasuki neraka.”

Berserah diri, awal yang pas untuk menapaki usia 40 tahun. Usia 40 tahun berarti jatah usia kita sudah berkurang.

Selanjutnya…

Bagaimana jika kita memikirkan Surah Al Ashr ? Surat ini menawarkan kesadaran betapa tiap detik waktu kita di bumi berharga. Mengajak kita untuk tidak menjadi sosok yang merugi dan mengingatkan kita bahwa waktu yang kita miliki sangat sedikit….

Wallahualam bishawab..

untuk bahan renungan bagi ku pribadi , saudara, sahabat, orang  terdekat, dan siapa pun yang membaca ..ketika,  sudah, menjelang dan sedang memasuki usia 40 tahun…   🙂

 
6 Komentar

Ditulis oleh pada 2 Mei 2011 inci Cahaya Hati

 

Tag: , , , ,

Pilihanmu

Bu, punya kenalan seorang psikiater gak? Atau pernah gak ibu  konsultasi? Ada referensi yang Ok kah?

Kalo saja yang bertanya adalah orang yang tidak begitu kukenal atau memang seseorang yang  memang kuanggap memerlukannya… bisa jadi reaksiku akan biasa saja…

Buat siapa sih?dirimu? yang bener? Serius?  Gak salah?…:-p

Beneran deh , rasa heran  yang amat sangat , gimana gak! Mengingat profilnya, siapa sih yang percaya … selama ini justru orang kalo ada masalah mestinya konsultasi sama dia termasuk diriku… dengan latar belakang pendidikan dan ilmu  dia miliki itu…  kurasa justru beliau lah yang pantas menjadi rujukan untuk tempat konsultasi.. 🙂

“ Jeng , bukannya mengecilkan profesi psikiter, tapi kurasa dirimu gak butuh  deh , karena jawabannya pasti tak akan berguna untuk dirimu “ begitu jawabku saat itu.

“Kamu hanya butuh recycle bin sayang… tell me lah…” sok menawarkan diri …  hehehe

Manusia tetap manusia, setinggi apapun ilmunya, tetap membutuhkan seseorang untuk bisa membantu mengatasi problem pribadi… barang kali itu kesimpulan sederhananya yaach….

Muntahin lah, dengan cara apapun, menangis, teriak, ngomel kalo perlu, yang penting bisa tersalurkan beban itu….

Ini saran standar yang sering disampaikan orang , tapi kurasa emang itu solusi praktisnya…

Perkara hasil, kayaknya tergantung pribadi itu menyikapi suatu problem…

Walau memang , selalu butuh solusi konkrit

Tapi kalo soal hati dan rasa  ???.. hmmm kurasa pihak luar hanya bisa kasih pandangan doang… yang  bisa memutuskan  tentunya yang menjalankan….

Percakapan dua minggu lalu itu baru kemarin ku dapat jawabannya hari ini…

Dari ngomongin soal bisnis, eeh tau tau keluarlah  cerita itu, emosi itu, beban itu, uneg uneg itu, begitu saja mengalir dengan deras, sederas air matanya… hmmm… belum pernah beliau seperti itu….

…. Surprise… seperti melihat sisi gelap seseorang yang  kulihat selama ini sebagai seorang yang prefek, dalam ilmu , pandangan hidup dan  pola hidupnya.. hmmm.. ada yang salah…???  Bukan kah semua orang pasti punya sisi tersembunyi itu… akupun punya… hehehehe ( bangga pula ..:))

Jadi  semakin mengerti, semua masalah itu tidak perlu dipandang sebagai masalah ya gak sih???

tapi ndak semua bisa melakukannya kan…. Tidak kali ini untuk nya… L

Yang  pasti , Aku tidak melihatnya sebagai suatu kesalahan, pun ketika beliau berucap, bahwa itu sebagai cobaan dari Allah SWT, justru  aku melihatnya sebagai suatu anugerah yang diberikan untuknya, yaitu berupa kesempatan….

Apaan siih?? Ribet amat!!..hehehe…

Ini masalah umum say… jodoh!!…he3

Specialnya  adalah …

Ketika seseorang  sudah pada titik puncak pencarian, dari standar nilai 10  dan kemudian menurunkannya  hingga ke titik nol melenceng  bahkan ketitik minus… gubraakkk!!!

Apakah itu suatu keputusasa-an ataukah kepasrahan???

Entahlah….

Kesalahannya adalah, seorang wanita kadang suka terjebak dengan standar umum criteria calon pasangan  yang kelak menjadi pendamping, seperti baik, setia, berpenghasilan tetap, jadi imam dalam keluarga, dll.

Tapi seringkali  mengesampingkan  perlunya melihat sisi dirinya, memangnya standar untuknya mesti seperti itu??? Hmmm…

Standard  tanpa kaca..(kombinasi kalimat yang aneh ya??? J)

kaca disini maksudnya instropeksi diri, selalu belajar melihat diri sendiri sebelum menyampaikan penolakan… hehehe..

Karena….

Pada akhirnya, apabila ada beberapa calon yang hadir sering kalo tertolak dengan ke keukeuhannya itu… hmmmm nanti pada satu titik toh setelah dikejar usia.. diturunkanlah syarat syarat itu. Dan ketika Allah memberinya  kesempatan  untuk mengenal seseorang  yang 180 derajat berbeda dengan kriterianya.. syok?? Tapi campur putus asa? Fuiih…

Kok tulisannya jadi kayak gregetan ya??? Maap dehh…emang rada gemes soal gini…hi hi…

Lanjut yaah…

Apakah kesempatan itu bisa dikategorikan musibah…??? Dan beranggapan Allah sedang memberikan cobaan.  Boleh sih…

Tapi  aku justru melihat sisi positifnya deh… itu bisa dilihat sebagai anugerah… kenapa??

Bukankah baik menurutmu belum tentu baik menurut Allah??? Kenapa tidak memandangnya seperti itu dulu???

Pada akhirnya, kita akan bisa bersyukur, bisa jadi memang yang begitu lah yang sesuai dengan diri kita, sesuatu yang kita benci disodorkan supaya kita pandai menyukai  ciptaan Allah yang  lain bukan???

Bukankah itu bisa menjadi suatu kenikmatan,…???

Bisa jadi dengan kasus saudariku itu, beliau dengan segala kemampuan dan kelebihannya plus tingkat kedewasaan yang sudah cukup, pada awalnya  tidak mendapatkan seseorang yang bisa dianggap imam dalam keluarga, bukankah karunia yang dimiliki itu bisa bermanfaat bagi pasangannya…???

Apakah salah kalau pada awalnya, si istri yang mesti membimbing suami…. Bukankah Allah sangat amat menghargai niat baik manusia, kenapa manusia menghakimi dengan merasa sudah menjadi orang baik dan mengabaikan orang yang ingin menjadi baik dan kembali ke jalanNYA…

Belajar melihat  dan menerima ciptaannya dari latar belakang yang berbeda , orang baik dan buruk,  rasanya tidak ada ruginya… karena semua adalah ciptaanNYA… semakin banyak yang kita kenal dan mengerti, maka akan semakin bijak kita dan objektif dalam menghadapi apapun… Tanpa mengabaikan akal sehat dan Doa tentunya bukan??

Bukankah yang kuasa membolak balikkan hati manusia adalah Allah SWT…?

Bukankah  wanita yang baik diciptakan untuk mendapatkan pasangan pria yang baik…?

Bukankah ukuran baik tidaknya untuk diri kita  seharusnya kita serahkan padaNYa…..? bukan hanya kacamata kita sendiri?

Bukankan perkara akan menjadi sulit terpecahkan karena kita menganggapnya sulit…?

Uneg uneg yang semoga tidak bikin neg…

Karena ini bener2 pendapat pribadi, tanpa merujuk apapun… hanya kata hati…. 🙂

 
22 Komentar

Ditulis oleh pada 7 Juni 2010 inci Emosi diri

 

Tag: , , , , , , , ,