RSS

Arsip Kategori: Cinta diri

MATerialistis or REalistis?

P1010410

Dalam memilih pasangan biasanya sering timbul bahasan , bahwa wajar alias realistis jika wanita lebih memilih pria yang mampan alias kaya.Tapi kalo saingannya lebih beriman tapi kurang mampan dan kurang kaya… pilihan mana kah yang lebih realistis…. Hayoo…bingung kah???

Kalo aku gak bingung, orang gak usah milih lagi…he he he he…

Mungkin bahasan kali ini agak subjektif… jelas menurut pemikiranku…

Tiap kali melihat atau mendengar ada orang yang sikap kebendaannya tinggi selalu tergelitik… bisa di bilang agak gregetan…

Bisa jadi ini karena sikapku yang buruk, dan sering di komplain sama orang tua… contohnya: karena saking gak peduli sama barang milik sendiri, aku kalo taruh barang sembarangan… termasuk dompet… dan uang receh yang berceceran di sembarang tempat di dalam rumah. Kalo hilang paling bingung doang di pakai buat apaan ya… ? dan sudah… lupa… he he he..

Mungkin karena sikap itu,,, jadi suka gregetan kalo liat orang sangat amat sangat mencintai propertinya…

Jadi inget salah satu iklan mobil terkenal yang baru-baru ini suka ditayangkan di TV : alkisah ada seorang pemuda yang sedang bermuram durja entah karena apa, makan susah, kerja gak konsentrasi, tidur gak nyenyak. Selang beberapa waktu… di rumahnya… orang tuanya pulang… dan ternyata pergi dengan menggunakan mobil kesayangannya… Ironisnya… dia langsung berhambur ke halaman karena menahan rindu dan langsung memeluk ….mobil nya… huuuu… ortunya jelas di cuekin lah… he he he gak ndidik tapi REALISTIS.. hiks…

Sebenernya banyak sih, contoh hal hal seperti ini di kehidupan sehari hari. Betapa manusia sering kali tidak sadar telah dipermainkan oleh hal yang bersifat material, sehingga kecintaannya berlebihan (dan tidak realistis) . Padahal bukankah kecintaan kita terhadap Allah SWT harusnya lebih tinggi dibandingkan apapun??…

“Katakanlah : ‘Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggullah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah ayat 24)

Seringkali kita dengar begitu bersemangatnya seorang ibu menceritakan kehebatan anaknya … tiap saat..tanpa sadar bahwa yang mendengarpun sudah hapal dengan ceritanya..he he he…

Belum lagi… dengan orang yang sangat ingat berapa jumlah property yang ada dirumahnya… jangan jangan tusuk gigi pun tau jumlah yang sudah terpakai berapa….( karena ini subjektif… bisa jadi ini yang bener..tapi aku orangnya parah… ha ha ha ha)…

Sepertinya , hal diatas syah syah saja… namun yang perlu di perhatikan adalah porsi… seberapa besar kecintaan kita terhadap pasangan, anak dan benda-benda material lainnya … gak boleh berlebih… standar aja kali ya??… karena semua itu adalah titipan dan bagian dari nikmat Allah SWT untuk kita.

Pernah beberapa waktu yang lalu punya hape yang agak mendingan… pas masih baru…norak deh..sepertinya diperbudak sama tuh hape… dikit-dikit mikir…masih ada gak ya didalem tas….dan pada akhirnya hilang juga..Tapi Alhamdulillah pas ilang kok malah jadi lega… sampe2 anakku nyeltuk… ibu ini aneh hape ilang yang lain heboh…tapi ibu malah cengar cengir…

ya sutra… mau diapain lagi kan… alhasil pakailah lagi hape jadul… dan gak pernah di pikir apakah masih ada di dalam tas tiap kali dalam perjalanan… cuek… tapi sampai sekarang masih setia mendampingiku dengan deringannya…Alhamdulillah…. antara gengsi dan kenyamanan(= realistis)… ?

Kalo aku lebih milih realistis sajalah… kalo masih naik kendaraan umum ya gak usah pake hape yang kecakepan deh… ha ha ha…

“Dan dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik.” (QS. Al Imran ayat 14)

Mensyukuri nikmat Allah SWT adalah bagian dari ketaatan kita … tapi jika kita terlalu berlebih dalam menyikapinya … alih alih kita bisa menjadi kufur dan lupa , bahwa semua titipan itu tidaklah abadi…. Dan hanya kepada Allahlah kita akan kembali bukan…??

Pernah aku ditanya di suatu forum berapa besar kecintaan kalian pada Allah SWT…. Ups… glagapan… bingung menjawabnya…. Karena justru yang terlintas di kepala … begitu banyaknya nikmat Allah padaku dan begitu cintanya Allah selama ini yang telah banyak memberikan nikmat yang banyak dan karunia yang tak pernah putus….Subhanallah…

Mari kita belajar menjawab ; Seberapa besarnya kecintaan kita terhadap Allah SWT…??

Sehingga kita bisa realistis memandang, bahwa hidup didunia ini hanya sebagian kecil dari kehidupan kelak kita di Akherat….Dan wujud material yang kita miliki sekarang ini hanyalah titipan yang nilainya tidak ada apa apanya dibanding janji Allah yaitu … “ tempat kembali yang baik”…insyaAllah….amiin

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada 11 Agustus 2009 inci Cinta diri

 

CINTA DIRI sendiri

P1011139

وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (Qs.Al Ma’aarij (70):19-21)

Perkembangan alami bentuk cinta dalam kehidupan manusia di mulai dari seorang anak kecil yang mencintai dirinya ,kemudian baru ibu bapaknya dan orang sekitarnya. Ketika menginjak remaja orang akan sangat mencintai idola/ kekasihnya, namun ketika dewasa dalam arti telah memahami hakekat agama serta makna ketuhanan maka prioritas utama adalah keimanan yaitu kecintaan kepada Allah SWT dan RosulNya.

Cinta pada diri sendiri sangat berkaitan dengan motivasi menjaga diri. Alquran talah mengungkapkan tentang cinta secara fitrah bagi eksistensi diri manusia, kecenderungan untuk menggapai segala hal yang bermanfaat dan menghindari hal yang mudharat.

Bentuk kecintaan manusia terhadap diri sendiri adalah memperbanyak harta,senantiasa berdoa memohon kebaikan dan kenikmatan hidup dan selalu berkeluh kesah dan kikir.

Berkeluh kesah merupakan sifat fitrah yang di berikan , namun sifat yang merupakan wujud kecintaan pada diri sendiri ini tentunya tidak boleh melampaui batas . Pentingnya untuk berinteraksi dengan orang dan lingkungan sekitar dan menjalin kehidupan yang harmonis bersama orang lain, akan membatasi kecintaan pada diri sendiri dan keegoan.

Kesadaran beragama dalam wujud keimanan seseoranglah yang dapat membuat seseorang tidak berlebihan dalam mencintai diri sendiri. Hakekat ini telah disinyalir Allah SWt sebagai jalan keluar nya.

Qs.Al – Ma’aarij (70): 22-27

وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ إِلا وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ الْمُصَلِّينَ

kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang mereka itu tetap mengerjakan salatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta, dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya. (Qs.Al Ma’aarij (70): 22-27)

Dengan keimanan, Allah akan memberikan penghargaan langsung kepada semua orang yang dapat menakhlukan sikap berlebihan dalam mencintai diri sendiri, dalam keluh kesah dan gelisah bila tertimpa musibah dan dalam kekikiran bila mendapatkan kebaikan. Keimanan tersebut dalam bentuk menjalankan ibadah shalat, zakat, menyantuni fakir miskin & kerabat dekat, serta takut dimurkai Allah. Jadi setelah mencintai sesama dan kemudian mencintai Allah dan RosulNya maka dengan sendirinya berkuranglah kecintaan pada diri sendiri .

Bisa disimpulkan bila kita melihat dari urutan proses bentuk cinta pada manusia, maka tingkat kedewasaan seseorang menurut agama bukanlah dari usia seseorang namun seberapa tingginya pemahaman akan hakekat hidup dan seberapa besar kecintaan kita terhadap Allah SWT dan Rosulnya atau keimanan seseorang..

Jadi sudahkah anda dewasa???

Ataukah masih mau disebut seperti anak- anak, karena anda kikir bila mendapat kenikmatan atau selalu berkeluh kesah bila tertimpa masalah?…

Ataukah hanya bisa mencintai diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan sekitar…atau bahkan tak memiliki keimanan…. semoga bukan salah satu dari kita…

WaLlahu a’lamu bisshawab.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 16 Juli 2009 inci Cinta diri