RSS

Arsip Tag: perkembangan mental anak

Ayah ideal ????

Pernah mencoba perhatikan seorang ayah yang begitu dekat dengan anaknya?

Misalnya, adakah  seorang ayah yang dalam percakapan, seringkali menyelipkan pembicaraan dengan membahas anaknya?

Atau begitu perhatiannya seorang ayah akan segala sesuatu yang menyangkut anak, sampai hal yang kecil kecil layaknya seorang ibu? Belum lagi di jam kerja pun , terkadang repot menelpon rumah memastikan babysitternya sudah melakukan tugasnya dengan baik dan benar?

Gak pernah liat?? Masak sih??

Ada ahhh , banyak kok… 🙂

Ayah tipe begitu biasanya istrinya pun kerja kantor yang cukup menyita waktu. Walaupun bisa juga tidak, bisa jadi karena begitu besar cinta dan  sayang nya terhadap anak. 🙂

Nah sekarang , kalo situasinya berbeda bagaimana ya?

Semisal ada seorang suami yang sangat besar perhatiannya terhadap sang istri. Dengan perhatian- perhatian kecil yang rutin dan perhatian yang mencolok membuat iri yang melihatnya. Hingga tanpa disadari kewajiban untuk membagi perhatian ke anak menjadi berkurang.

Apakah itu akan menjadi masalah?? hmmmm… bisa iya bisa tidak lah!..hehe

Yang ideal mana dong ? Tentu saja adalah seorang pria yang bisa membagi perhatiannya secara adil untuk keluarganya, sehingga tercipta suasana yang harmonis dan bahagia. Pastiiiii!!!

Tapi kan, No body perfect … !!!!

Di saat kita merasa sudah memenuhi kewajiban, belum tentu yang menerima terpuaskan bukan??… itulah hidup… dan ini adalah  fitrah manusia yang tidak pernah puas  🙂

Hanya saja jangan sampai jadi orang yang cuek dan  ndableg ahhh, tak peduli dengan sekitarnya, cuek bebek, sibuk dengan dunianya sendiri, dan merasa sudah memenuhi kewajiban sebagai kepala keluarga secara materi , tapi lupa memberikan perhatian secara batin… hmmm ke laut aja kaleee… :p

Ok.. kita coba kupas sedikit soal tadi kali ya ;

Masih membekas dalam ingatan , waktu masih aktif jadi karyawan, ada teman kantor sering izin tidak masuk kerja dengan alasan jaga anak yang sedang sakit.Karena dia pria, tentu saja si Boss yang memang kadang bocor kalo bicara nyletuk deh ,

” Emang bininya kemana???….

hiks, pedesnya! :p

Tapi rasanya jamak juga sih, kalo itu dipertanyakan, bukankah jika anak usia balita sakit ,biasanya yang dicari adalah ibunya ??? 🙂 Dan Ironisny ternyata sang istri bukan orang kantoran loh… ibu rumahtangga. Ada apa ini?  :p

Kalo diperhatiin, beliau ini  amat sangat dekat dengan anak- anaknya, semuanya lengket dengan beliau, walaupun tak pernah melihat kesehariannya, dari cara bercerita jelas kebayang lah situasinya.

Jangan salah ternyata beliau tidak sendirian, temen kantor yang lain juga situasinya hampir sama, sedikit dikit izin karena anaknya sakit lah , pembantu pulang kampong lah , uups …

Melihatnya jadi… hmmm…. antara simpati dan gak tega ya… hehe… dalam hati niiih ; “ waduuh … istrinya di menong ?? ( ikutanboss.com 🙂 )

Kalo diperhatikan sih, alasan pertama bisa jadi karena , riwayat perjuangan beliau mendapatkan kedua anaknya.Butuh waktu yang sangat lama dan ikhtiar yang panjaaaaaang,Dan menjelang usia paruh baya baru mendapatkannya… hiks.

Pernah..saking gak tahannya… beliau nyletuk disaat curhat, “ apa aku cari istri lagi yau, hahaha”…

Ku tahu saat itu, pasti beliau hanya becanda disela-sela kepedihan hatinya . Alasan lain,  beliau memang sangat peduli dengan anak kecil, secara kerjaannya juga banyak berinteraksi dengan anak anak.

Tipe pria seperti ini , bila didukung oleh istri yang kurang bisa melakukan pendekatan secara emotional dengan anak , akan tampak semakin menonjol .

Contoh : Ini kasus dari pengamatan pribadi saja, mohon maaf , semoga tidak menyinggung siapapun  karena hanya bermaksud sebagai bahan renungan saja .

Bagi para ibu yang kesulitan dalam memberikan ASI ke buah hati yang baru dilahirkan, biasanya akan memiliki kecenderungan sulit melakukan pendekatan secara batin yang selayaknya , jika dibandingkan dengan ibu yang memberi ASI , minimal secara eksklusif terhadap anak…. Di akui atau tidak.

Nah dalam situasi ini, bisa memberi peluang anak untuk lebih dekat dengan sang ayah… tapi masih bagus sih… daripada maaf kata yaaa, anak malah deket dengan pembantu…. Hiks

Tidak usah jauh jauh, ada keponakan sendiri, waktu masih balita, gara gara babysiternya mudik lebaran dan lewat hari pulangnya, anaknya sakit panas, belum lagi waktu si mbak itu pamit, anak ini bisa nangis Bombay, ngejar sampai gang depan jalan besar… waduuuuh…

Alhamdulillah anak-anak dirumah tidak ada yang seperti itu… begitu ibunya pulang …hmmm si mbak tak laku dahh… Amiin.

Trus kalo si suami begitu, gimana ya sikap si istri?

Apakah hubungannya tetap harmonis? Atau malah senang karena sebagian tugasnya tergantikan? Atau malah cemburu ke anak ya?? Wooow… perlu gak nih dibahas? Hehehe… 🙂

Menurut pengamatan pribadi sih, pasti ada efek negative lah ya, rasa cemburu, merasa tidak dapat perhatian atau rasa sejenis, bisa menyelimuti semua pihak. Sewaktu waktu timbul percikan percikan dalam rumah tangga adalah normal dan jamak.

Yang mesti diperhatikan adalah intensitasnya, apabila sudah dirasa situasinya mengganggu atau bisa mengancam keharmonisan, ya mesti di evaluasi dengan kepala dingin tentu… 🙂

Trus bagaimana dengan tipe yang sebaliknya??? Hmmmm….

Bisa jadi langka ya?? Tapi pasti ada lah …. 🙂

Kecenderungan pria yang sangat perhatiin  keperluan istrinya, keinginan terbesarnya adalah bagaimana bisa membuat istrinya selalu merasa bahagia , nyaman dan terpenuhi kebutuhannya…

Bukan berarti dia tidak peduli sama sekali ke anak, hanya saja perhatian yang diberikan tidak membuat anak merasakan kehadiran bapak secara batin….. ya bisa dibilang cenderung cuek dan sekedarnya.

Tentu hal ini tidak disadari alias tidak disengaja, ya begitulah pembawaannya , bisa jadi karena memang begitu besarnya rasa cinta ke istri, atau bisa jadi berhubungan dengan masa kecilnya, sehingga karakter dan orientasinya terbentuk seperti itu, … analisanya kok belum sampai ya… hiks… mesti cari objek yang bisa lebih diteliti niih..hehehe…

Apakah hal ini akan membahagiakan istri? Hmm… tentu saja awalnya istri sangat amat tersanjung, seperti menjadi ratu abadi dirumahnya…. Halah… 😀

Dan itu tidak akan bermasalah jika anak masih balita, yang tentunya tetap merasa nyaman karena ibunya toh masih take & care setiap saat.

terkecuali bila ternyata si ibu tidak bisa melakukan pendekatan emotional dengan anak… wah wah….alih alih balik lagi, terciptalah anak pembantu tadi …upssss. :p

Maaf semoga tidak menyinggung siapapun yaaa… 🙂

Efek?

Sepertinya akan timbul jika , anak sudah semakin besar dan bisa menuntut perhatian lebih. Mereka akan merasakan, betapa cueknya sang ayah , jarang berinteraksi, komunikasi , dll.

Alih alih hilang lah respek alias rasa hormat ke orang tua , nauzhubillah.

Tentu saja si ibu akan merasa terganggu melihat situasi itu dong.

Perhatian besar dari suami yang tadinya sangat melenakan, lama-lama bisa membuatnya risih. Apalagi kalo anaknya sudah bisa mengungkapkan keberatannya dengan kata kata… wah wah…

Biar bagaimanapun , respek anak terhadap orangtua sangat penting.

Jadi inget obrolan dengan temen kemarin,

Saat temen menceritakan bagaimana perlakuan orang tua yang tidak perduli di waktu dia kecil. Ketika dewasa , orangtua sudah mencoba merubah sikap, ternyata sangat berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang tua.Keinginan untuk bisa lepas dan cair dalam menunjukkan perhatian dan rasa sayang yang sangat besar, seperti ada dinding pemisah…cangguh dan kering. Butuh waktu yang panjang untuk merubahnya…hmmmmm

Kesimpulannya, cara kita memperlakukan anak –anak, itu akan menjadi acuan bagaimana nanti anak akan memperlakukan kita saat mereka dewasa… setuju!!!


Yahhh, Tidak selalu separah itu sih, semua tetap tergantung pada porsi dan sikap kita. Kecenderungan pasti ada walau tidak selalu sama… bisa jadi ada pendapat lain yang lebih baik dan akurat.

Setidaknya bisa jadi bahan renungan dan evaluasi terutama sang ayah, bagaimana memperlakukan anak dan istri secara adil dan beradab… halah sila keberapa ni ya… hahaha

Yang pasti Allah SWT berfirman:

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. QS,51:49

Laki-laki dan perempuan diciptakan berpasangan.  Secara Fitrah, keduanya memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Yang kemudian akan saling bersinergi menemukan satu titik sehingga tercipta keharmonisan dalam mengaruhi hidup untuk mencapai kebahagian.

Semua selalu berproses dan berproses….

Tipe apapun yang menjadi pasangan kita, tetap harus disyukuri karena itulah yang terbaik pilihan dari Allah SWT , dan InsyaAllah tak tergantikan. :

Maka ni’mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. 55:28)

Kuncinya adalah pandai –pandai lah penyesuaian diri dan menerima hikmah didalamnya.

Dan untuk anak- anak,

Barangkali kita sebagai orangtua  perlu untuk  bisa instropeksi dan evaluasi diri. Seberapa besar kah  perhatian yang sudah kita berikan ? Dan sudahkah memberikan efek positif yang maksimal bagi perkembangan fisik dan mentalnya….

Hmmm….. akuuur kan….???

amiiiin

terinspirasi oleh banyak ayah –ayah yang ku kenal diluar sana…. Yang begitu besar cintanya pada anak- anak dan istrinya…
 
8 Komentar

Ditulis oleh pada 1 Oktober 2010 inci Cahaya Hati

 

Tag: , , , , ,