BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Pesantren juga kerap dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama dengan cara nonklasikal. Umumnya, dimana seorang Kyai atau ahli agama mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.
Akar Historis keberadaan pesantren di Indonesia dapat dilacak jauh ke belakang ke masa-masa sebelum kemerdekaan Indonesia, tatkala para Wali Songo menyiarkan dan menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan memanfaatkan Masjid dan pondok pesantren sebagai sarana dakwah yang efektif.
Karakteristik pesantren sangat unik dan menjadi ciri khas pendidikan tradisional Indonesia yang tidak pernah lepas dari unsur-unsur: Pondok, Masjid, Santri, Kyai dan pengajaran kitab-kitab klasik. Inilah lima elemen dasar yang dapat menjelaskan secara sederhana apa sesungguhnya hakikat pesantren. Ciri khas lain juga terdapat pada unsur- struktur organisasinya yang meliputi: Status Kelembagaan, Struktur Organisasi, Gaya Kepemimpinan dan Suksesi Kepemimpinan yang spesifik.
Di tengah-tengah sistem Pendidikan Nasional yang selalu berubah-rubah dalam jeda waktu yang tidak lama, apresiasi masyarakat Islam Indonesia terhadap pesantren makin hari makin besar. Pesantren yang awalnya sebagai Rural Based Institution kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan urban. Ditandai dengan tumbuh berkembangnya Pondok Pesantren Modern yang telah memiliki Manajemen dan tata kelola sistem pendidikan yang sangat baik dengan penerapan ‘boarding school’ pula.
Dari mulai perencanaan, proses implementasi, pengawasan, hingga evaluasi – semua dilakukan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kaidah ilmu kependidikan. Hasilnya sebagaimana dapat disaksikan, telah mendorong lembaga pesantren “modern” untuk dapat berkompetisi dengan lembaga-lembaga pendidikan modern lainnya.
Di sisi lain, pesantren tradisional sebagai perintis awal pola pendidikan mukim ini – yang jumlahnya 2/3 dari seluruh jumlah pesantren di Indonesia, faktanya sebagian besar masih mempertahankan sistem lama.
Menurut Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama – H. Abdul Jamil, jumlah santri pondok pesantren di 33 provinsi di seluruh Indonesia, pada tahun 2011 mencapai 3,65 juta orang yang tersebar di 25.000 pondok pesantren. Sayangnya, santri-santri ini diasumsikan belum berada pada tempat ideal untuk dapat mengantarkannya menggapai “potensi” dan “kompetensi” yang diharapkan.
Santri sebagai Sumber Daya Manusia (SDM)adalah faktor sentral dalam Lembaga Pesantren. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi pesantren dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan santri dan bahkan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh santri pula. Jadi, santri merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi pesantren.
Perencanaan sebagai bagian dari langkah manajemen strategis dalam kaitannya dengan dunia pesantren, dapat diimplementasikan untuk meningkatkan faktor internal SDM pesantren. Yaitu merumuskan perencanaan-perencanaan konkrit dalam menggali potensi dunia pesantren dengan tetap mengutamakan pembinaan kepribadian santri yang paripurna (santri’s personal excellence) dan membentuk kebiasaan yang positif (santri‘s life exellence).
Maka berdasarkan pertimbangan dan latar belakang tersebut di atas-lah, penulis memilih Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok sebagai media observasi perencanaan. Pesantren ini merupakan salah satu pondok pesantren yang berafiliasi pada Pondok Pesantren Modern Gontor, dengan visi dan misi jauh ke depan untuk dapat mencetak santri yang berakhlak mulia, memiliki potensi dan kompetensi dalam persaingan global serta dapat diterima di masyarakat – dengan tetap mengedepankan nilai-nilai dasar Pondok Pesantren di Nusantara – “Panca Jiwa” : Keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian, Kebebasan berfikir dan Ukhuwah Diniyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Profil dan Sejarah Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok?
2. Bagaimana Landasan Teori dalam menyusun perencanaan untuk Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok ?
3. Apa dan Bagaimana Langkah-langkah Perencanaan Strategis pada Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok ?
4. Bagaimana Implementasi dan Evaluasi hasil perencanaan Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok?
C. Tujuan
a. Memenuhi tugas Ujian Akhir Semester untuk mata kuliah Perencanaan Sistem Pendidikan Sekolah
b. Mendapatkan gambaran penerapan Ilmu Perencanaan strategis terhadap Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok
c. Memberikan Alternatif model perencanaan bagi Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok
D. Manfaat
Dengan disusunnya tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Perencanaan Sistem Pendidikan Islam ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terkait. Memberi Wacana dan sumbang saran baru bagi Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok dalam meneruskan visi misi dalam mengelola instusinya, dan menambah wawasan bagi pembaca dan penulis untuk dapat dimanfaatkan dalam peran aktifnya di dunia pendidikan umumnya dan khususnya bagi kemajuan perkembangan pendidikan islam yang menjadi tanggung jawab dan konsekuensi utama sebagai seorang mahasiswa dari sebuah Sekolah Tinggi Agama Islam.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kerangka Berfikir
Keberadaan lembaga pendidikan sebagai salah satu pranata sosial budaya saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang kompleks. Lembaga pendidikan kini berhadapan dengan derasnya arus perubahan akibat globalisasi yang memunculkan persaingan dalam pengelolaan lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta. Globalisasi menuntut perlunya relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja/industri terhadap mutu lulusan (out-put). Dan globalisasi dalam dunia pendidikan ditandai dengan banyak bermunculannya lembaga pendidikan yang bertaraf internasional.
Perubahan yang merupakan perbedaan yang terjadi dalam urutan waktu, tentu saja tidak mudah diterjemahkan secara singkat dan eksplisit. Perubahan dalam pengertian hakiki sesungguhnya mengandung konotasi majemuk yang telah tergambar, lintas ruang dan lintas waktu dengan demikian warna-warni kehidupan masyarakat – warna warni yang dikenal sebagai ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Dengan adanya perubahan tersebut, lingkungan pendidikan juga mengalami perubahan yang luar biasa. Dan kalau kita mau merunut pangkalnya, semua ini tentu saja tak terlepas dari menggejalanya revolusi informasi dan globalisasi yang melanda dunia saat ini. Situasi ini akan membawa dampak yang luas dalam kegiatan pengelolaan institusi pendidikan di seluruh lapisan.
Meningkatnya suhu persaingan dalam bidang pendidikan ini ternyata berbanding lurus terhadap perubahan pada perilaku konsumen, dalam hal ini yang dimaksud adalah masyarakat (orangtua dan siswa), maupun dunia usaha sebagai pengguna hasil pendidikan. Karena banyaknya pilihan, konsumen kini menjadi semakin banyak tuntutan, baik mengenai kualitas lulusan dan biaya pendidikan maupun fasilitas pendidikan serta hal lainnya yang berkaitan dengan pelayanan pendidikan.
Bargaining power masyarakat meningkat sedemikian rupa sehingga dunia pendidikan yang kini telah menjelma sebagai sebuah industri baru mengharuskan setiap institusi pendidikan beradaptasi, atau akan tersingkir dari kancah persaingan global ini.
Dalam situasi lingkungan yang penuh dengan dinamika ini, manajemen pendidikan harus dapat menciptakan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat pada umumnya dan objek pendidikan (siswa dan orangtua) pada khususnya. Di saat yang bersamaan juga harus dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal, nasional, regional bahkan konteks global.
Dalam prakteknya, melihat dari catatan sejarah yang dapat penulis himpun tentang Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok membutuhkan konsep yang mampu menjangkau jauh ke depan dalam menyikapi perkembangan eksternal yang ada, dan di sisi lain juga harus mampu memenuhi kebutuhan internal yang semakin mendesak. Untuk itu jenis perencanaan yang dapat dipilih adalah perencanaan pendidikan adaptif untuk pemecahan masalah yang mudah dipahami dan perencanaan pendidikan ameliorative(perbaikan) yang dirancang untuk memulihkan pada keadaan semula.
Pemilihan kedua jenis perencanaan akan diterapkan pada Perencanaan Strategi untuk Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok disesuaikan dengan kondisi riil saat ini. Aplikasi Konsep ini diharapkan dapat mengurangi Stagnasi program, atau malah dapat menjadi faktor pendorong bagi terciptanya akselerasi pencapaian tujuan pengembangan Pondok Pesantren pada khususnya.
Perencanaan Strategis ini setidaknya memiliki tujuan sebagai berikut :
• Mendukung koordinasi antar pelaku pendidikan pada Pondok pesantren
• Terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi yang baik antara pesantren dengan orang tua santri,lingkungan masyarakat, pemerintah daerah dan instansi lain.
• Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
• Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan seluruh sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Landasan Teori
Dari paparan tersebut di atas, dan berdasarkan hasil observasi / pengamatan terhadap pondok pesantren Al Hijriyah – maka dalam menyusun Perencanaan Strategis dimaksud, penulis dalam menyajikan analisa dan perencanaannya menggunakan teori sebagai berikut:
Tipe perencanaan berdasarkan waktu, yaitu :
1) Perencanaan Jangka Panjang – yaitu Perencanaan dalam bentuk garis-garis besar yang bersifat sangat strategis dan umum, dalam jangka waktu 20 – 30 tahun ke depan hingga tak terbatas sampai terwujudnya Visi dan Misi secara menyeluruh.
2) Perencanaan Jangka Menengah – yaitu Perencanaan Antara dari rencana jangka panjang dan jangka pendek. Dibagi menjadi beberapa tahap dalam pelaksanaannya, dan setiap tahapan disesuaikan dengan skala prioritas dengan rentang waktu rata-rata sekitar 3 – 5 tahun.
3) Perencanaan Jangka Pendek – yaitu Perencanaan kegiatan dalam kurun waktu paling lama satu tahun. Umumnya dituangkan dalam bentuk renca kerja bulanan, kwartal, ataupun semester. Perencanaan ini lebih konkrit, terinci, terukur dengan sasaran yang jelas – baik dari sisi jadual waktu dan metode pelaksanaan serta sumber daya pelaksanannya.
Dan untuk proses identifikasi variabel internal dan eksternal sebagai faktor strategis untuk melakukan penilaian guna menyusun perencanaan strategis, penulis menggunakan metode Analisa SWOT – sebagai sebuah metode yang paling sering diterapkan dalam membantu analisa pengambilan keputusan-keputusan strategis dalam sebuah organisasi.
Kerangka berfikir yang diterapkan ini dirasa sesuai dengan situasi dan kondisi terkini pada Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok untuk melihat sejauh mana nilai “Plus dan Minus” yang terdapat di pesantren tersebut sehingga dapat ditemukan langkah–langkah implementasi yang terarah dan terpadu untuk menghasilkan kegiatan yang mampu membawa kepada pencapaian visi dan misi di masa depan.
BAB III
PROFILE PONDOK PESANTREN AL HIJRIYAH
A. Sejarah berdirinya
Sebelum terbentuknya Yayasan Pondok Pesantren Al-Hijriyah pada tahun 1998, institusi ini merupakan kelompok pengajian salaf yang didirikan oleh KH Abdul Wahab bin KH Ridi sekaligus sebagai pimpinan sejak tahun 1943 hingga wafatnya beliau di usia 125 tahun pada tahun 1995.
KH Abdul Wahab merupakan salah seorang ulama yang cukup dikenal dan memiliki dukungan besar dari masyarakat sekitar Pancoran Mas, Sukmajaya, Tanah Baru dan wilayah lain di kota Depok yang dahulu masih termasuk ke dalam wilayah Bojonggede – Kabupaten Bogor sebelum pemekaran wilayah Depok sebagai sebuah kota administratif. Dukungan besar ini karena karakter beliau yang fleksibel dan disegani masyarakat, karena selain berperan sebagai seorang Kyai beliau juga aktif di lingkungan birokrasi sebagai salah satu PNS di Kantor Urusan Agama di masa itu.
Pada tahun 1991 terjadi suksesi kepemimpinan, pesantren salaf ini kemudian dilanjutkan oleh putra kandung beliau sendiri yaitu KH Ahmad Fadillah yang dilahirkan di Bogor tahun 1945 yang juga merupakan lulusan PONPES Gontor Ponorogo Jawa Timur tahun 1972.
Kemudian beliau-lah yang merintis pendirian pondok pesantren modern dengan berkiblat kepada Ponpes Gontor Ponorogo tempat beliau menimba ilmu. Ponpes didirikan di atas tanah wakaf seluas +/- 2,500 m2 dengan bangunan 2 lantai yang terdiri dari 12 ruang kelas, lapangan olah raga, ruang guru, ruang mukim santri dan juga dilengkapi dengan sebuah masjid. Pondok pesantren ini memiliki misi mencetak para pemimpin islami yang berakhlaq mulia dan siap menjadi pemimpin dalam masyarakat.
Pada tahun 1992 ponpes ini memiliki santri mukim sebanyak lebih dari 25 orang dengan memakai dua bahasa pengantar yaitu bahasa Arab dan Inggris dengan menerapkan sistim disiplin yang tinggi seperti pondok pesantren afiliasinya.
Namun ternyata perjalanan ponpes ini tidak luput pula dari ujian yang sangat berat, yaitu runtuhnya hampir seluruh bangunan dalam waktu bersamaan di tahun 2002. Dan hampir dalam 1 dasawarsa selanjutnya ponpes harus bertahan dalam ketidakpastian.
B. Visi dan Misi
Visi Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok :
“ Mencetak para pemimpin berkualitas masa depan yang ber-akhlak mulia sebagai penerus dan pewaris perjuangan para Nabi & Rasul Allah di muka bumi ini hingga akhir zaman “
Visi tersebut tercermin dalam moto dan tujuan Pondok Pesantren Al- Hijriyah Depok :
1. Para Santri harus memiliki perilaku akhlaqul Karimah dan berbudi pekerti luhur
2. Para santri harus memiliki Badan yang sehat
3. Para santri harus memiliki kebebasan berfikir dan pengetahuan yang luas
4. Memiliki tujuan mencapai keunggulan dalam bidang akademik dan non akademik
yaitu mencetak santri melalui pendidikan formal dan pendidikan kemasyarakatan dengan menumbuhkan sikap kesederhanaan sehingga memiliki jiwa sosial yang tinggi dan memiliki cita-cita luhur mengabdi dalam dunia dakwah dan pendidikan
5. Pesantren berdiri diatas semua golongan dan tidak berafiliasi terhadap golongan tertentu.
6. Mendorong semangat dan komitmen seluruh warga pesantren
7. Mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) sekolah
Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam misi sebagai berikut :
Misi Pondok Pesantren Al- Hijriyah Depok
1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
2. Meningkatkan kualitas pendidikan
3. Meningkatkan prestasi Santri sesuai dengan bakat, minat dan kreativitas
4. Meningkatkan, memelihara, melengkapi sarana dan prasarana pendidikan sebagai wujud meningkatnya layanan pendidikan
5. Meningkatkan disiplin semua personal dan meningkatkan kinerja
6. Mendorong dan membantu anak didik meraih prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki
7. Menanamkan disiplin semua santri dan SDM terkait
C. Kondisi terkini
PROFIL SEKOLAH
NAMA SEKOLAH : Pondok Pesantren AL- HIJRIYAH
JENIS PESANTREN : Tradisional – Modern
PIMPINAN : KH Ahmad Fadillah
ALAMAT : Jl. KH. Ridi – Kel. Pondok Jaya
KECAMATAN : Cipayung
KOTAMADYA : DEPOK
PROVINSI : JAWA BARAT
TELEPON/FAX : 021. 7764185
Akibat musibah yang terjadi tahun 2002 dimana runtuhnya gedung utama berlantai 2 yang terdiri dari kelas dan ruang mukim santri, maka otomatis membuat kegiatan proses belajar mengajar terganggu. Dikarenakan keterbatasan sumber dana untuk merehabilitasi sarana dan prasarana ke wujud semula, maka yang terjadi adalah kemunduran perkembangan pondok secara drastis.
Menurut pimpinan sekaligus pendiri yaitu KH.Ahmad Fadhilah, pesantren yang dalam pengajarannya termasuk dalam jenis pesantren Khalaf ini, yaitu memadukan unsur pengajaran tradisional berupa kitab kitab klasik dengan sistim pengajaran yang diadopsi dari Ponpes Modern Gontor – sempat mengalami kevakuman selama beberapa tahun dikarenakan banyak santri yang mengundurkan diri karena kejadian tersebut.
Namun hal itu tidak serta merta menyurutkan semangat mereka untuk terus mengabdi dalam memperjuangkan pendidikan Islam. Dengan mengandalkan kekuatan moril berupa keyakinan yang dimiliki dan segala daya upaya pesantren, maka atas izin Allah SWT pondok pesantren dapat dibangun kembali – walau kondisinya belum seperti harapan. Di sinilah peran dari kuatnya ruh santri yang tetap hidup dengan landasan jiwa Kemandirian dan Keikhlasan.
Perubahan situasi lingkungan sekitar pesantren yang dahulunya merupakan lahan kosong dan perkebunan menjadi lingkungan mukim yang padat, sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan pesantren yang mulai aktif kembali sejak tahun 2011 ini.
Antara idealisme pesantren dengan lingkungan urban yang kurang kondusif memunculkan kebijakan ponpes yang sangat ketat dalam membatasi santri berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi target kaderisasi santri.
Kalau di lihat dari rata-rata usia santri yang baru memasuki usia belasan, maka secara psikologi sebenarnya mereka dalam tahap pengembangan dan pencarian jati diri dengan mencari figure idola masing-masing. Di sisi lain, di usia ini mereka cenderung untuk memiliki kelompok-kelompok sendiri sebagai ‘sahabat dekat’ yang memiliki satu kesamaan. Oleh karena itu, hanya pribadi-pribadi terpilih sajalah yang bisa menjadi santri dengan aturan disiplin tinggi seperti yang diterapkan di ponpes ini.
Fakta menunjukkan benar tentang hal itu, jumlah santri mukim saat ini hanya berjumlah hanya 7 (tujuh) orang . Namun, bagi seorang yng memegang prinsip kuat tentang keyakinan datangnya “para penerus” perjuangan Nabi dan Rasul – maka hal ini bukanlah menjadi alasan untuk menghentikan kegiatan ponpes. KH Ahmad Fadhilah berprinsip: lebih baik hanya memiliki 1 (satu) orang santri kader ber-akhlak mulia yang bisa mengajak kebaikan terhadap 1.000 orang, dibanding memiliki 1.000 orang santri tapi tidak ber-akhlak dan cenderung rentan terhadap godaan dunia.
Pesantren yang memiliki moto berdiri di atas semua golongan ini juga telah menunjukkan bahwa mereka benar berdiri sebagai sebuah institusi yang memiliki Kebebasan berfikir dan Ukhuwah Diniyah dibuktikan dengan tidak terikatnya dengan sebuah aliran, kelompok, golongan atau partai politik manapun. Hal ini mengharuskan ponpes ber-inovasi mencari cara sendiri dalam menghidupi kelangsungan jalannya proses pembelajaran terhadap santri melalui usaha mandiri. Hingga saat ini hampir seluruh pembiayaan operasional pesantren berasal dari usaha mandiri yang dilakukan oleh pimpinan pesantren KH.Ahmad Fadhilah, ditambah dari orang tua santri yang cenderung sangat terbatas dan tidak menentu.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana selama ini mengandalkan sumber-sumber dana dari instansi pemerintah, baik dari dana program hibah Kementrian Agama ataupun anggaran pembangunan daerah yang berasal dari Pemerintah Kota Depok dan Propinsi Jawa Barat. Namun itupun jumlahnya sangat terbatas dan hanya didapat dalam kurun waktu dan jumlah tertentu saja.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa metode SWOT untuk Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok
Dalam pengelolaan dan pengembangan suatu aktifitas memerlukan suatu perencanaan strategis, yaitu suatu pola atau struktur sasaran yang saling mendukung dan melengkapi menuju ke arah tujuan yang menyeluruh. Sebagai persiapan perencanaan, agar dapat memilih dan menetapkan strategi dan sasaran sehingga tersusun program-program yang efektif dan efisien maka diperlukan suatu analisis yang tajam .
Salah satu analisis yang cukup populer di kalangan pelaku organisasi adalah Analisis SWOT:
“Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor sistematis untuk merumuskan strategi sebuah institusi,baik perusahaan bisnis maupun organisasi sosial. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strengths) dan Peluang (Opportunities), Namun secara bersamaan dapat pula meminimalkan Kelemahan (Weaknessess) dan Ancaman (Threats). Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset manajemen pada Universitas Stanford dalam dasawarsa 1960-1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune-500.”
Dalam proses penyusunan perencanaan terhadap Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok penulis menggunakan metode analisa ini dengan maksud untuk meneliti dan menentukan dalam hal manakah Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok memiliki :
Strengths : Kekuatan sehingga dapat dioptimalkan
Weaknesses : Kelemahan sehingga dapat segera dibenahi
Opportunities : Peluang-peluang di luar untuk dimanfaatkan
Threats :Ancaman-ancaman dari luar untuk diantisipasi
Berdasarkan observasi dan analisa lingkungan yang telah dilakukan sebelumnya, maka diketahui beberapa peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Pondok Pesantren Al-Hijriyah Depok ini. Hasil analisa tersebut dikembangkan untuk mengetahui isu strategis yang dihadapi, melalui analisis SWOT yang baru dengan model Kearns seperti yang dapat kita lihat pada table matrik SWOT berikut ini :
TABEL MATRIK ANALISA SWOT
Faktor Internal
Faktor Eksternal
|
Streght (S) : Kekuatan
1. Panca Jiwa Karakteristik santri (ikhlas,sederhana,mandiri,bebas berfikir dan ukhuwah diniyah)
2. Loyalitas Alumni Santri
3. Pendidikan Kemasyarakatan
4.Gotong Royong & kekeluargaan
5. Idealisme pesantren
6. Kemandirian pesantren |
Weakness(W): Kelemahan
1.Sarana dan prasarana belum memadai
2.Kualifikasi &kompetensi guru
3. Status ijazah formal
4. Kaderisasi / jumlah santri
5. Sumber pembiayaan
|
Opportunities (O): Peluang
- Dukungan pemerintah daerah dan instansi lainnya
- Kesesuaian dgn dengan perkembangan IPTEK
- Kesesuaian dengan tuntutan masyarakat
|
S-O
|
W-O
|
Threats (T): Ancaman
- Lembaga pendidikan sejenis
- Dukungan orang tua & masyarakat yang rendah
- Keadaan Ekonomi Masyarakat
- Lingkungan kurang kondusif
- Persaingan global
- Ketidakpastian kelulusan
|
S-T
|
W-T
|
Berdasarkan isu-isu strategis tersebut dapat dikembangkan, isu – isu kombinasi yang paling berpengaruh adalah sebagai berikut:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh Kekuatan yang dimiliki pesantren untuk merebut dan memanfaatkan Peluang sebesar-besarnya.
• S1,S2 – O1 : Bagaimana memanfaatkan karakteristik para santri dan alumni yang berhasil terbentuk dengan baik dapat menarik dukungan pemerintah daerah dan instansi lain dalam menunjang kegiatan belajar pesantren
• S1, S2 – O2: Bagaimana karakteristik para santri dan alumni dalam meningkatkan kemampuan dan potensinya mampu mengoptimalkan sekaligus memfilter pemanfaatan perkembangan IPTEK dengan baik dan bijak.
• S3 – O2, O3: Bagaimana hasil Pendidikan kemasyarakatan yang dikembangkan dan menjadi program andalan pesantren bagi para santri dapat menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK agar dapat memberikan kontribusi terhadap masyarakat sekitar.
• S4 – O3 : Bagaimana Para santri dapat mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dalam internal pesantren terhadap masyakarat sekitar sehingga menarik minat orang tua dan anaknya untuk menjadi calon santri.
• S5-O3 : Idealisme pesantren tetap memberikan peluang dalam menjalin uhkuwah diniyah baik internal pesantren dan lingkungan eksternal pesantren.
• S3, S6–O1, O3: Bagaimana jiwa Kemandirian pesantren dapat dikembangkan lebih jauh lagi dalam bentuk kegiatan kewirausahaan dengan bantuan dan pembinaan dari pemerintah daerah ataupun instansi lain, yang kegiatannya dilakukan dengan melibatkan unsur masyarakat sebagai sarana pendidikan kemasyarakatan bagi santri.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan Kekuatan yang dimiliki pesantren untuk mengatasi dan menghindari Ancaman.
• S1- T1 : Bagaimana hasil pembentukan santri yang berkarakter islami mampu memiliki daya saing dengan sekolah sekolah disekitar lingkungan pesantren yang ada.
• S2 – T3 : Bagaimana loyalitas dan pengabdian para alumni dalam memberikan sumbangsih baik tenaga dan pikiran dipadukan dengan keikhlasan dapat memberikan dukungan baik material dan moril terhadap program pesantren yang memberikan kemudahan terhadap masyarakat yang berekonomi lemah.
• S5 – T2 : Bagaimana menjalin kerjasama dengan orang tua agar memberi dukungan penuh terhadap penerapan Idealisme Pesantren
• S1, S5– T4 : Bagaimana idealisme pesantren yang bertumpu pada ruh Panca Jiwa mampu menjembatani kendala yang timbul akibat perkembangan masyarakat urban yang semakin kurang kondusif sehingga tidak terkena dampak negatif dari lingkungan.
• S2–T1, T5, T6: Bagaimana mengoptimalkan para alumni yang telah berhasil untuk mendukung peningkatan kualitas PBM sehingga dapat menjamin kelulusan santri yang pada akhirnya meningkatkan nilai jual ponpes dalam persaingan dengan sekolah lain.
• S4, S6–T2, T3: Bagaimana jiwa gotong royong & kekeluargaan serta kemandirian usaha pesantren dapat menjadi solusi bagi masalah ketidakmampuan ekonomi orang tua untuk mau menitipkan anaknya di ponpes karena masalah biaya pendidikan.
c. Strategi WO
Ini adalah strategi dalam menyikapi dan mengurangi Kelemahan yang dimiliki pesantren dengan memanfaatkan Peluang yang ada.
• W1, W2, W5-O1: Bagaimana mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah dan atau instansi lainnya untuk meningkatkan kualitas & kompetensi guru, serta dukungan dana pembangunan sehingga sarana dan prasarana pesantren dapat segera terpenuhi.
• W3, W4 – O1, O3: Bagaimana mendapatkan dukungan pemerintah dalam kemudahan perijinan kesetaraan pendidikan sehingga lulusan pesantren Al Hijriyah dapat memiliki ijazah formal sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang formal berikutnya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat pada umumnya. Sehingga akan menjadi daya tarik bagi para orang tua calon santri sebagai modal kaderisasi ponpes.
• W2, W4 – O2, O3: Bagaimana memanfaatkan IPTEK dalam peningkatan kompetensi guru guna peningkatan mutu PBM sehingga kualitas dan produktifas santri meningkat pula sesuai tuntutan masyarakat.
d. Strategi WT
Ini adalah strategi dalam menyikapi dan mengurangi kelemahan yang ada guna menghindari potensi ancaman yang ada.
• W1, W2, W3–T1, T5, T6 : Bagaimana mencari solusi terbaik bagi masalah-masalah peningkatan kompetensi guru yang berbanding lurus dengan kualitas dan tingkat kelulusan santri, keterbatasan sarana dan prasaran fisik ponpes serta adanya ijazah formal bagi lulusan ponpes sehingga ponpes memiliki daya tarik untuk mampu bersaing dengan sekolah sejenis di tingkat local dan global.
• W5 – T2: Bagaimana meningkatkan peran serta lingkungan dan sumber-sumber lain dalam memberikan bantuan donasi sukarela berkala sehubungan dengan rendahnya kemampuan para orang tua santri dalam pemenuhan kewajiban biaya sekolah dan biaya mukim.
B. PERENCANAAN STRATEGIS
Dari hasil analisa di atas maka formulasi strategis yang ditawarkan dalam perencanaan strategis ini adalah strategi kombinasi isu-isu internal dan isu-isu eksternal yang digambarkan dalam tabel berikut ini yang dapat dikembangkan sesuai dengan model perencanaan berdasarkan waktu perencanaan, yaitu:
A. Perencanaan Jangka Panjang – (Visioner)
Formula program : 20 Tahun atau lebih
Mengembangkan faktor-faktor pendukung yang berskala besar untuk menciptakan iklim pesantren yang kondusif sehingga visi dan misi Pesantren dapat tercapai yaitu:
Melanjutkan upaya perolehan dana bantuan dari dalam dan luar negeri untuk mewujudkan kembali rencana “Mega Proyek” senilai Rp. 8 milyar guna memperluas tanah dan bangunan fisik pesantren 4 (empat) lantai yang belum terealisasi sejak tahun 2002.
B. Perencanaan Jangka Menengah – (Strategis)
Formula Program 5 Tahun:
Pada perencanaan strategis selama 5 tahun disusun untuk memanfaatkan peluang dengan kekuatan yang dimiliki untuk dapat mengatasi ancaman dari eksternal dan mengurangi kelemahan – kelemahan yang dimiliki pesantren sehingga tujuan jangka panjang akan cepat tercapai.
a. Pengembangan SDM
1. Dalam rangka pembinaan kualifikasi tenaga pendidik, secara aktif mengikutsertakan guru dalam pelatihan yang dilaksanakan instansi pendidikan dan lembaga pendidikan lainnya
2. Mengupayakan kompensasi yang seimbang dengan beban kerja yang dipikul tenaga pendidik dan karyawan
3. Mengembangkan sistim penilaian tenaga pendidik secara transparan dan objektif sebagai umpan balik untuk peningkatan prestasi kerja.
4. Ikut serta dan menjadi pelopor dalam kegiatan kemasyarakan yang terkait dengan bidang pendidikan keagamaan
b. Pengembangan Organisasi
1. Menerapkan sistem manajemen informasi melalui komputer atau internet
2. Menggalang partisipasi masyarakat dan orang tua dalam kegiatan pesantren
3. Meningkatkan komunikasi dengan pihak donatur, tenaga pendidik dan para santri beserta orang tua santri dan lain-lain
4. Memelihara iklim budaya organisasi yang kondusif sehingga tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan efisien
5. Meningkatkan penggunaan sarana perpustakaan dan lapangan dalam pengembangan pendidikan kemasyarakatan, dan multistudi dalam pembelajaran
6. Menjalin kerjasama dengan Instansi terkait dalam rangka mengembangkan peran dan kualitas ponpes di kalangan pelaku dunia kependidikan Islam
7. Mengupayakan Kesetaraan Pendidikan dengan pendidikan umum sehingga para santri memiliki Ijasah yang di akui Negara
c. Kaderisasi Santri
Santri’s Personal Exellence.
Santri merupakan komponen dasar utama, yang selanjutnya diproses dalam sebuah proses pendidikan di pondok pesantren, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan serta visi misi ponpes di mana dia dididik. Dalam pengembangannya diperlukan pendekatan sebagai berikut:
a) Pendekatan Sosial: Santri awal adalah seorang anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga pesantren, masyarakat sekitarnya dan masyarakat yang lebih luas. Santri perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya sebagai mahluk sosial yang bermanfaat bagi masyarakatnya. Oleh karena itu mereka dibekali dengan sentuhan nilai Keikhlasan, Kemandirian dan Kesederhanaan.
b) Pendekatan Psikologis: Santri adalah generasi muda yang sedang tumbuh dan berkembang dan memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah pesantren, sehingga terjadi perkembangan pribadi yang seimbang dan menyeluruh untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.
c) Pendekatan edukatif / peadagogis: Santri menjadi objek sekaligus subjek dalam pendekatan pendidikan ini, karena menempatkan santri sebagai unsur yang memiliki hak dan kewajiban dalam kerangka sistim pendidikan yang integral.
Dari paparan di atas maka peranan santri di Pondok Pesantren Al-Hijriyah sangatlah penting. Penerapan konsep pendekatan tersebut yang dipadukan dengan hasil analisa SWOT akan dapat merumuskan sebuah Proses Kaderisasi yang juga melalui Perencanaan Strategis agar mampu mencetak santri yang memiliki Ruh Kepemimpinan ber-karakter islami dan ber-akhlak mulia, sebagai berikut :
1) Menghimpun para alumni santri yang memiliki loyalitas terhadap almamaternya sehingga memberikan kontribusi baik material dan non material terhadap pondok Pesantren Alhijriyah
2) Mengembangkan program promosi efektif baik secara langsung melalui selebaran maupun tidak langsung berupa partisipasi para santri dalam kegiatan kemasyarakatan secara berkala.
3) Mendukung pengembangan program pendidikan rintisan PAUD dan realisasi pengembangan Sekolah Dasar yang sudah direncanakan dalam agenda yayasan sehingga dapat menjadi embrio bagi kaderisasi santri
4) Mengembangkan konsep Pendidikan Kemasyarakatan :
Pengajaran tidak hanya bertujuan mengembangkan aspek intelektual tetapi juga meliputi pengembangan aspek-aspek jasmaniah, sosial, emosional dan lain-lain. Guru berupaya mencegah timbulnya frustasi pada diri santri dengan cara menyesuaikan bahan pelajaran dengan minat individu, mengurangi kemungkinan terjadinya persaingan dan pertentangan. Santri belajar hidup dalam kelompok sosial.
5) Pengembangan Kepribadian :
Mengembangkan pribadi yang sehat dan seimbang, dengan jalan pemilihan metode dan bahan, pemberian kesempatan untuk berhasil, menghindarkan terjadinya rasa cemas, menciptakan situasi yang memungkinkan siswa berperan serta berdasarkan keinginan dan minatnya.
6) Tehnik Pengajaran :
Menitikberatkan penggunaan metode yang lebih banyak memberikan peluang bagi santri untuk berperan serta aktif dalam kegiatan-kegiatan belajar yang bertujuan dan bermakna baginya.
7) Pengukuran dan evaluasi :
Mengetahui tingkat perkembangan dan diarahkan terhadap semua aspek pribadi santri, bukan hanya terhadap aspek penguasaan pengetahuan belaka.
8) Konsep kedisiplinan Santri :
Dikembangkan dengan mengunakan metode memberi kesempatan bagi santri untuk berlatih membuat keputusan dan melakukan control diri. Santri yang malas atau melanggar ketertiban bukan dihukum, melainkan diberikan bimbingan dan melakukan kerja kelompok.
d. Pengembangan Sarana Dan Prasarana
1. Membangun sarana MCK dan sarana kesehatan.
2. Menambah fasilitas asrama santri yang layak huni.
3. Perbaikan sarana perpustakaan yang memadai
4. Melengkapi lapangan dan alat-alat olahraga.
5. Melakukan perawatan sumber dan saluran air sekolah.
6. Melakukan perawatan listrik sekolah
7. Melakukan perbaikan dan pemeliharaan mesjid
C. Perencanaan Jangka Pendek – (Teknis)
Formula Program 1 tahun
Program jangka pendek ini lebih menekankan pada faktor-faktor yang merupakan kelemahan (weakness) pada saat ini yaitu fokus pada pengadaan sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan serta peningkatan kualifikasi SDM disamping terus mengembangkan kualitas system pembelajaran kearah yang lebih baik:
a. Mengajukan proposal ke pemerintah daerah dan instansi lain guna mendukung berbagai kegiatan pesantren
b. Pengadaan Sarana belajar mengajar :
Bangku kelas, alat tulis, meja dan lainnya melalui pengajuan proposal ke donator perorangan, lembaga ataupun instansi terkait yang berkepentingan.
c. Memberdayakan perpustakaan yang ada dengan penambahan koleksi buku di perpustakaan melalui alokasi dana yang ada, seperti wakaf dan donasi.
d. Pembinaan Profesional Tenaga Pendidik internal :
Agar tercapai keseragaman dalam menjalankan proses belajar mengajar dan tercipta disiplin yang tinggi sebagaimana di canangkan terhadap para santri
e. Membentuk Kelompok Diskusi :
Untuk mengatasi kejenuuhan dari para tenaga pendidik yang kurang bersemangat minimal 1 bulan sekali
f. Peningkatan kualitas pembelajaran:
Menyusun strategi pembelajaran oleh masing masing guru di tiap semesternya.
g. Komunikasi dua arah guru dengan santri :
Pengajaran harus realistis, belajar dengan berbuat, hubungan akrab antara guru dan santri dan kerjasama serta simpati, serta mencegah masalah disiplin.
h. Pembinaan santri : meningkatkan kedisiplinan kemandirian dan ukhuwah yang berkesinambungan
i. Mengadakan bakti sosial setiap jum’at dan secara insidental sesuai dengan kondisi di lapangan.
C. Implementasi dan Evaluasi
Perencanaan pendidikan yang komprehensif merupakan konstitusi yang tidak permanen yang merupakan prinsip pendidikan fundamental. Perencanaan mempunyai sejumlah masalah yang unik, sehingga tidak ada satu bentuk perencanaan tertentu yang dapat dilaksanakan yang menjamin efektifitas pelaksanannya.
Dalam mengimplematasikan sebuah perencanan agar perencanaan dapat diterjemahkan dalam program –program yang praktis, maka dibutuhkan kerjasama dan koordinasi semua pihak baik manajemen, tenaga pendidik, santri dan orang tua santri agar terhindar dari konflik dan tujuan dapat tercapai .
Monitoring perencanaan yang sedang berlangsung membutuhkan alat pengendalian yang baik dalam proses implementasi yaitu penjadwalan proyek yang ideal. Penjadwalan berguna untuk mengidentifikasi setiap aktifitas yang dilaksanan dan memberikan gambaran nyata mengenai jumlah waktu dan dana yang diperlukan untuk setiap aktivitas dan SDM yang tersedia.
Berikut tabel monitoring Perencanaan Strategis (jangka 5 Tahun) untuk Pondok Pesantren Al-Hijriyah sebagai media memantau pelaksanaan aktifitas perencanaan yang sudah disusun sebagai berikut:
TABEL MONITORING PERENCANAAN STRATEGIS
Pondok Pesantren Al Hijriyah – DEPOK
Evaluasi Perencanaan
Evaluasi perencanaan yang sedang berjalan menandai berakhirnya siklus proses perencanaan Pendidikan. Evaluasi berfungsi sebagai alat kendali dan intervensi yang positif untuk memeriksa arah yang diambil apakah sesuai dengan perencanaan atau terjadi penyimpangan. Dalam tahapan evaluasi ini penilain dan pengujian kuantitatif berdasarkan pengalaman masa lalu.
Mengingat evaluasi perencanaan sering kali terbentur pada masalah pengaruh aplikasi sumber daya terhadap pendidikan untuk kepentingan publik, maka dalam hal ini evaluasi harus komprehensif dan terbuka terhadap berbagai kritikan.
Evaluasi aktifitas pendidikan
Ada lima faktor penting dalam aktifitas pendidikan yang perlu dilakukan evaluasi perencanaannya yaitu :
• Lokasi aktifitas
• Waktu aktifitas
• Orang yang terlibat dalam aktifitas
• Sumber daya yang diperlukan untuk aktifitas
• Proses pelaksanan Aktifitas
Evaluasi Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pesantren hendaklah membentuk sejumlah peluang yang jelas bagi santri untuk menggali dan mendalaminya. Sehingga lingkungan mampu memberikan perubahan pemahaman terhadap kebutuhan dan harapan serta memberikan perubahan untuk memahami pilihan yang tersedia sehingga santri memilih kesempatan dengan mencoba mengkombinasikan informasi dalam menciptakan pengalaman baru.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Pondok Pesantren Al Hijriyah Depok adalah sebuah contoh tipikal pesantren yang mewakili ribuan pesantren yang bergaya tradisional salaf khalaf yang mendapat sentuhan modern. Jenis pola pendidikan pesantren hanya ada di Indonesia yang memiliki ciri khusus dan juga permasalahan klasik yang jarang mendapat sentuhan langsung dari pemerintah daerah maupun instansi terkait, sehingga banyak yang mengalami jatuh bangun untuk tetap dapat bertahan meneruskan tujuan pendidikan pesantren yang idealis dengan mandiri.
b. Keterpaduan konsep perencanaan dengan memperhatikan hasil dari analisis potensi lingkungan Pesantren Al Hijriyah sangat diperlukan guna memenuhi tantangan dan prospek yang ada kedepannya. Diharapkan dengan mengetahui potensi kelembagaan yang ada, baik dari faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) maupun dari faktor eksternal (Peluang dan Ancaman), kita dapat memberikan gambaran kasar terhadap rumusan kebijakan yang harus dilakukan guna mengoptimalkan segala potensi dan kondisi yang ada dengan sebaik mungkin. Sehingga perencanaan Strategis dapat tersusun dengan sistematis dan dapat mengaplikasikan visi menjadi aksi yang efektif dan efisien di bawah sisitim manajemen pesantren yang sesuai dengan tujuan akhirnya.
c. Perencanaan mempunyai sejumlah masalah yang unik, sehingga tidak ada satupun bentuk perencanaan tertentu yang dapat dilaksanakan yang menjamin efektifitas pelaksanaannya. Dalam mengimplematasikan sebuah perencanaan, agar perencanaan dapat diterjemahkan dalam program-program yang praktis, maka dibutuhkan kerjasama dan koordinasi semua pihak baik manajemen, tenaga pendidik, santri dan orang tua santri dengan cara melakukan monitoring pelaksanaan perencanaan dan evaluasi hasil kerja agar terhindar dari konflik dan tujuan dapat tercapai.
B. Saran
Dengan penyusunan perencanaan strategis pada Pesantren Al Hijriyah Depok ini, penulis memiliki harapan besar dapat memberikan wacana dan alternatif positif bagi Pondok Pesantren untuk terus mengembangkan pesantren ke arah yang lebih baik dan maju.
Agar para pihak terkait lainnya juga tergugah untuk mengulurkan tangan dan memberikan kontribusi konstruktif terhadap pesantren–pesantren sejenis yang membutuhkan dukungan fisik dan non fisik sehingga pesantren yang merupakan ciri khas lembaga pendidikan agama Islam di Indonesia dapat berkembang ke arah yang lebih baik dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan sejenis lainnya yang sudah lebih dahulu berkembang dalam era globalisasi ini.
Pada akhirnya, pola manajemen strategis modern yang diadopsi oleh dunia pesantren apabila dipadukan dengan nilai-nilai khas pesantren akan menumbuhkan budaya kerja positif dan efektif yang berimbas pada produktifitas manusia-manusia berkualitas yang handal secara mental, intelektual juga spiritual.
Dengan asumsi bahwa pesantren di Indonesia yang mencapai puluhan ribu jumlahnya, kemudian semua menjalankan prinsip-prinsip manajemen modern tanpa meninggalkan ciri khas masing-masing pesantren, maka Indonesia tak akan kekurangan SDM-SDM yang dapat diandalkan dan berkembang dengan pesat menuju negara maju dengan tetap menjalankan koridor syariat agama Islam sebagai bentuk “Rahmatan lil a’lamin…”.
Wallahu ‘alam…